Senin, 31 Desember 2012

Blabbering Akhir Tahun

Dihari terakhir tahun 2012, saya memilih untuk menulis. Beberapa rencana malam tahun baru tidak terlaksana, dan beberapa ajakan sudah saya tolak. Kali ini bukan kilas balik atau resolusi. Saya hanya ingin menuliskan tentang uneg-uneg saya pada seluruh rakyat Indonesia raya. Mungkin tidak runut pun tidak ilmiah. Tapi siapa yang peduli. Anggap saja ini adalah semacam brainstorming yang harus dimuntahkan agar bisa kelak, mungkin, akan terlaksana.

Tentang gunungan sampah yang saya lewati setiap hari dalam perjalanan ke kampus. Semua sampah bercampur baur. Organic, plastik, kaleng, kertas, kain, karet. Entah bagaimana cara mendaurulangnya jika sudah seperti itu. Sementara di negara maju Jepang sana, tempat sampah sudah dibagi menjadi sembilan bagian. Setiap individu masyarakat bekerjasama, memberikan kepeduliannya dan kontribusinya dengan memilah sampah sesuai dengan petunjuk yang diberikan pemerintah. Indonesia bagaimana? Membuang sampah saja masih sembarangan. Kenapa? Jangan salahkan masyarakatnya. Memberikan kontribusi menjaga kebersihan adalah juga bagian dari cinta tanah air. Orang Indonesia kurang nasionalisme apa lagi? Kami rela mati demi bangsa ini. Lantas kenapa? Pernahkah aturan membuang sampah seperti ini diajarkan kepada kami dengan serius? Belum pernah. Ajarakanlah, dengan nasionalisme, masalah sampah akan terpecahkan. Penemuan dari Lipi tentang alat daur ulang sampah juga sudah banyak, tinggal dikembangkan dan di berikan pengelolaannya pada tiap-tiap unit terkecil masyarakat.

Tentang transportasi yang mulai tersendat setiap kali saya dalam perjalanan pulang pergi ke kampus. Hanya diperlukan keberanaian dan ketegasan untuk memperbaikinya. Perencanaan yang baik, dan libatkanlah masyarakat. Jika serius, ajaklah kami rakyat Indonesia untuk berkorban, kami mau. Berkorban saat ini untuk masa depan Indonesia yang lebih baik. Seperti pengorbanan yang telah dilakukan rakyak Indonesia pada awal kemerdekaan. Mungkin sedikit sumbangan untuk pembangunan MRT, kesabaran menghadapi riuhnya konstruksi. Dan mengeluarkan uang lebih banyak untuk bahan bakar sebagai konsekuensi dari kemampuan untuk memiliki kendaraan pribadi. Tegaslah, dengan ketegasan yang masuk akal.

Tentang taman, pedestrian, fasilitas umum kota yang lebih nyaman dan Indah. Jika para anggota dewan yang mengambil kebijakan itu ingin keluar negeri, biarkan saja, bahkan suruhlah. Dengan catatan mereka membuat laporan lengkap apa yang telah mereka pelajari disana, dan suruh mereka membuat paper apa yang dapat mereka lakukan untuk Indonesia setelah melihat apa yang telah mereka lihat diluar sana. Tempat yang indah tentu sangat mempengaruhi attitude orang-orang yang ada didalamnya maupun yang melewatinya. Jangan sampai memperkecil pedestrian, jalur hijau untuk memperluas jalanan. Ajarkan juga pentingnya taman hijau dihalaman rumah orang-orang Indonesia, agar semuanya sehat. Orangnya, dan bumi yang dipijaknya.

Tentang sinetron yang membunuh karakter bangsa. Hentikan itu. Ubah semua konsep sinetron yang ada saat ini. Itu bukan budaya kita. Pun bukan budaya yang memberikan didikan baik bagi rakyat Indonesia. Saya beritahukan kenyataannya. Film itu, apapun itu adalah cara untuk mentransfer budaya dan pemikiran. Dicontoh, dan tanpa sadar merasuk dalam karakter. Sadar atau tidak, rakyat Indonesia yang lemah lembut, ramah, menjadi sangat pemarah, brutal dan mudah sekali menyakiti. Itu karena apa yang dilihatnya setiap hari. Padahal, Indonesia bagian mana yang kelakuannya seperti itu?? Berikan konsep secara serius. Jadikan program pemerintah. Seperti pemerintah korea selatan yang menginterfensi sampai pada tema film yang akan dibuat dan ditayangkan di Negara mereka untuk mendidik rakyatnya.

Tentang kami rakyat Indonesia. Yang selalu di remehkan bahkan oleh orang-orang yang mengambil bagian jadi pemimpinya. Dianggap tidak cukup pintar untuk diajak berubah untuk menjadi lebih baik. Orang Indonesia itu pintar-pintar dan cerdas. Beritahukanlah secara dewasa dan elegan penuh penghormatan. Maka kami pun rakyat Indonesia akan dapat menerimanya dengan dewasa, dan tentu saja kami rakyat Indonesia akan memberikan penghormatan yang sama bagi siapa yang memperlakukan kami dengan hormat. Kami akan menganggap penting, jika disampaikan dengan penting. Dan kami akan bisa melakukan apapun, jika semua percaya kami bisa.

Ah, Indonesia

Tumpah darah

Ini saya, yang merindukan tanah ini menjadi lebih indah seperti seharusnya ia.